Ngga tau kenapa, gue ngerasa kalau cerpen gw kali ini ga sempurna alias jelek. Maaf ya guys kalo ngecewain. kasih komen ya jgn lupa..menurut gw cerpen ini jelek banget.banget.banget..rasa.a ada yg kurang pas gw baca cerpen ini. HBU???
Untuk Via
Panas matahari memayungi kota Palembang siang itu. Hampir setengah jam Vina menunggu angkot yang biasanya lewat di depan sekolahnya, tapi dari tadi Vina menunggu,angkot itu tidak juga menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Biasanya, Vina diantar jemput oleh pacarnya, Adhi. Tapi karena seminggu belakangan ini mereka bertengkar, Adhi ngga pernah lagi mengantar jemput Vina. Selama itu pula Vina melihat Adhi sering pulang sendiri atau bersama teman-teman satu genknya.
Pertengkaran itu terjadi seminggu yang lalu karena kecemburuan Adhi kepada Davi, ketua OSIS di SMA mereka. Siang itu Adhi ke kelas Vina untuk mengatakan suatu hal yang begitu penting buatnya.
“Ada yang mau aku omongin” ucap Adhi siang itu.
Vina tersenyum dan menghentikan kegiatan menulisnya. Ia memutar posisi duduknya menghadap Adhi.
“Kamu kok tegang gitu Dhi? Mau ngomongin apa?” Vina terlihat begitu tenang.
“Vin, aku ngga suka liat kamu terlalu dekat dengan Davi” Adhi langsung to the point.
Vina langsung tertawa mendengar ucapan Adhi.
“Kamu cemburu?”
“Iya lah! Kamu tuh pacar aku Vin. Ngga mungkin dong kalau aku ngga cemburu”
“Ya ampun Dhi. Aku ngga mungkin suka sama Davi”
“Iya, tapi dia suka sama kamu” volume suara Adi meninggi “mendingan sekarang kamu jauhi dia deh”.
“Kamu tuh lucu ya? Aku tuh ngga mungkin jauhi Davi. Kamu lupa ya kalau aku ini sekretaris OSIS? Masa’ aku harus jaga jarak sama dia”
“Vin, dia itu punya feeling ke kamu”
Vina berdiri dari tempat duduknya. “Dhi, cemburu kamu itu berlebihan” ucap Vina setengah membentak “Aku juga ngga mungkin suka sama dia. Aku itu pacar kamu dan satu sekolah juga tau kalau aku itu pacar kamu!”
Adhi juga ikut berdiri. “Terserah kamu deh Vin, pokoknya aku ngga suka liat kamu sama Davi. Sebelum kamu jauhi Davi, kamu ngga usah deket-deket aku” Adhi langsung memberi ultimatum dan pergi meninggalkan Vina sendiri di dalam kelas. Sejak hari itu, Adhi ngga pernah lagi menghubungi Vina.
Vina melamun membayangkan kejadian itu. Ia begitu merindukan Adhi. Orang yang selalu menemaninya selama dua tahun belakangan ini. Sejak Vina terpilih jadi sekretaris OSIS bulan lalu, sikap Adhi berubah protectif kepadanya. Adhi selalu melarangnya dekat dengan Davi walau hanya untuk diskusi masalah sekolah.
Suara kernet angkot membuyarkan lamunan Vina. Ia lalu bergegas memasuki angkot dan pulang ke rumah.
000
Beberapa minggu ini Vina semakin dekat dengan Davi, itu karena Davi sangat membutuhkan Vina sebagai rekan kerjanya di OSIS. Apalagi SMA mereka akan mengadakan perayaan serah terima jabatan anggota OSIS yang baru. Mau ngga mau Vina semakin dekat dengan Davi. Dan hal itu membuat Adhi tambah cemburu.
Siang itu ketika pulang sekolah, Adhi melihat Vina dan Davi hanya berdua di ruang OSIS. Sesekali Davi memandang wajah Vina yang sedang sibuk menulis kegiatan OSIS. Melihat pemandangan itu, Adhi langsung naik darah. Tanpa fikir panjang, ia langsung masuk ke ruang OSIS. Adhi langsung menarik kerah seragam Davi. Davi yang daritadi sibuk memandangi Vina langsung terkejut dan ngga bisa apa-apa.
“Lo ngga usah deket-deket pacar gue lagi” Adhi membentak Davi.
Vina yang melihat kejadian itu langsung menahan Adhi yang hendak menampar Davi.
“Stop!!”
Adhi langsung mengurungkan niatnya menampar Davi.
“Apa-apaan sih kamu Dhi” Vina langsung membentak Adhi
“Dia itu dari tadi ngeliatin kamu Vin” Adhi membela diri
“Kamu itu berlebihan tau ngga? Kamu ngga sadar apa kalau kamu itu hampir aja ngelukain orang” Vina menatap Davi memegang lehernya yang sakit.
“Vin, denger dulu penjelasan aku”
“Kamu berubah Dhi, aku ga suka sama kamu yang sekarang. Cemburu kamu itu benar-benar berlebihan” Vina mengambil tasnya dan tas Davi “ayo Dav kita pulang” Vina langsung membimbing Davi. Tapi kemudian Vina menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Adhi.
“Kalau kamu ngga berubah. Aku ngga mau kenal kamu lagi” Vina lalu meninggalkan Adhi.
000
Tidak sampai sepuluh menit menunggu, Adhi sudah berada di hadapan Vina malam ini di sebuah caffe yang di janjikan Adhi sore tadi. Adhi tersenyum menatap Vina. Senyum yang begitu dirindukan Vina belakangan ini. Adhi menempati kursi dihadapan Vina. Kini hanya meja bulat kecil yang menjadi jarak diantara keduanya. Adhi menggenggam tangan Vina.
“Vin, maafin aku ya. Seharusnya aku ngga ngelakuin hal konyol itu kemarin. Aku terlalu cemburu sama kamu. Harusnya aku percaya sama kamu. Aku ngga mau kehilangan kamu”
Vina tersenyum senang bercampur malu. Pipinya terasa hangat.
“Aku ngerti Dhi. Maafin aku juga ya yang udah ngebentak kamu. Seharusnya aku ngertiin perasaan kamu”
Lagi-lagi Adhi tersenyum. Senyumnya menghangatkan hati Vina. Adhi mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari saku blazernya. Sebuah kalung putih berliontin VA dihadiahkan Adhi kepada Vina.
“Vin, ini aku hadiahkan sebagai tanda permintaan maaf aku ke kamu. Aku janji Vin, aku akan selalu sayang sama kamu sampai kapanpun” Adhi memakaikan kalung itu ke leher Vina.
Hp di kamar Vina berdering. Vina langsung terjaga dari tidurnya. Diliriknya jam yang ada di dinding kamarnya. Jam setengah sebelas malam, pikirnya. Ia langsung meraba lehernya.
“Kemana kalungnya?” Tanya Vina pada dirinya sendiri. “Astaga! Aku cuma mimpi” ucapnya lagi.
Diraihnya hp yang tergeletak di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Tiga missed call tertera di layar hp-nya. Adhi, gumamnya. Lagi-lagi hp Vina berdering. Dijawabnya panggilan itu, seketika tubuhnya melemas.
000
Mata Vina berkaca-kaca malam itu. Dalam hitungan detik, air matanya mengalir perlahan. Tuhan, tadi itu bukan mimpi, tapi ini lah yang mimpi, ucap hatinya. Ia masih belum mempercayai penglihatannya. Orang yang begitu disayangnya kini terbujur kaku dihadapannya. Seorang wanita mendekatinya lalu merangkulnya.
“Vina, itu Adhi” ucap Cecil, kakaknya Adhi
Vina masih diam dalam isakannya.
“Ada sesuatu yang mau kakak kasi ke kamu. Dari Adhi” Cecil melanjutkan ucapannya dan membawa Vina menjauh. Ia memberikan seuntai kalung yang dikeluarkannya dari saku bajunya kepada Vina. Mata Vina membesar, lagi-lagi ia belum percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Ini Adhi beli sebelum ia pergi menghadap Tuhan. Dia pengen kasi sesuatu buat kamu sebagai tanda permintaan maafnya. Sepulang dari membeli kalung ini, Adhi kecelakaan dan meninggal di tempat. Polisi menemukan ini di saku blazernya” Cecil menjelaskan kepada Vina
Tangis Vina semakin pecah. Seuntai kalung dengan liontin VA kini ada di genggamannya.
000


Tidak ada komentar:
Posting Komentar