Cerpen ke 8 karangan gue. Semoga suka ya :)
When Nena Meet Rio
“Pasangan lo ntar siapa Na?” Tanya Audrey yang daritadi mengutak-atik BBnya.
Nafas Nena tercekat, “ehm ada deh”.
“Pasti Bimo” Lika menimpali.
“Masa Bimo sih Na, yang bener aja. Ini tuh pesta ulang tahun sahabat lo. Seharusnya lo bawa orang yang special donk” Audrey setengah protes.
Lika mengangguk pertanda setuju.
“Eh, gue udah punya gebetan kok” Nena berbicara setengah berbisik.
“Apa?” Audrey dan Lika berteriak bersamaan.
“Kok lo ga bilang-bilang sih Na?” ucap Lika “Kenalin ke kita donk Na, ya ya?” pinta Lika.
“Ntar ya, katanya dia malu” Nena beralasan.
“Yah, kok gitu sih?” raut wajah Audrey berubah kecewa “dia sekolah dimana?” sambung Audrey.
“Kan surprise Drey” jawab Nena
“Tapi pasti lo bawa ke Pesta gue kan Na?” Tanya Lika.
Nena mengangguk, ga tau harus berkata apa atas kebohongannya.
“Aaaa gue beneran penasaran sama gebetan lo. Baru kali ini lo punya gebetan. Hahahaha” Audrey menertawakan Nena “Fotonya ga ada ya?”
Nena menggeleng, dia benar-benar ga berani berbicara.
“Ya udah supaya kita berdua ga penasaran sama gebetan lo, gimana kalo lo kasi tau namanya aja sama kita. Oke?” Lika memberi usul disusul dengan anggukan Audrey.
“Namanya….. namanya….” Nena menarik nafas, tubuhnya terasa panas dingin. Ini benar-benar kebohongan yang fatal buatnya, “namanya RIO!” Nena menghembuskan nafas lega.
“Oooo Rio, penasaran nih gue” ucap Audrey.
Nena hanya senyum-senyum sendiri. Otaknya terus berpikir siapa Rio? Dimana dia harus mencari Rio?. Tuhan, tolong gue, Nena membatin.
000
Nena masih duduk mematung, menatap kursor yang tanpa lelah berkedip di layar laptopnya. Hatinya penuh dengan kebingungan. Hari ini ia sengaja pulang belakangan, ia benar-benar ingin menenangkan diri. Nena benar-benar bingung harus berbuat apa. Ini semua gara-gara undangan pesta ulang tahun Lika, sahabatnya yang diadakan sabtu depan.
“Pokoknya harus bawa pasangan masing-masing ya, harus cowo ga boleh cewe” ucapan Lika sewaktu menyebarkan undangan ke seluruh teman SMA mereka masih terngiang-ngiang di otak dan telinga Nena.
Awalnya Nena biasa saja, mengingat masih ada Bimo, tetangga sekaligus sahabatnya yang bakal menemani dia ke pesta ulang tahun Lika. Tapi rencana itu berantakan, karena hari kamis Bimo berangkat mendaki gunung bromo selama satu minggu. Itu artinya rencana Nena gagal total mengajak Bimo sebagai pasangannya ke pesta ulang tahun Lika. Sebenarnya Nena punya mas Radit yang bisa diajak ke pesta ulang tahun Lika. Tapi Nena malu, ga mungkin donk dia ngajak abangnya ke pesta ulang tahun sahabatnya itu, apa kata teman-teman nanti? Ketauan banget ga punya pacar. Lagi pula mas Radit pasti mau jalan sama pacarnya setiap weekend. Atau aku ga usah datang aja? Pura-pura sakit mungkin? Pasti Lika memaklumi donk, pikir Nena. Huh, Nena menarik nafasnya dalam-dalam, berharap masalah ini segera berakhir.
Akhirnya, Nena mulai mengetik dan berusaha mengurai semua resahnya ke dalam tulisan.
Gue masih mikirin pasangan gue nih buat ke pesta ulang tahun Lika nanti. Mumpung masih lima hari lagi, jadi gue masih sempat cari temen buat diajak jadi pasangan gue. Tapi siapa????? Mana gue ngarang cerita lagi ke mereka. Bilang kalo gue ini punya gebetan yang bernama Rio, siapa Rio? Dimana gue harus cari cowo yang bernama Rio? Jangankan yang bener-bener bernama Rio, yang berpura-pura jadi Rio pun gue ga tau mesti cari dimana. Huaaa mampuslah gue :(. Nyesel gue selama ini ga punya pacar. Lagian gue nih kenapa sih susah banget pacaran. Seharusnya gue terima aja pas Ray nembak gue sebulan yang lalu. Kan gue punya pasangan yang bisa gue ajak kemana-mana termasuk ke pesta ulang tahun Lika. Nah sekarang Ray udah punya pacar. Lagi pula masa gue mesti nembak Ray balik. Aaaaa beneran ribet dan panjang nih urusannya. Seseorang tolonglah gue. Sebenarnya gue bisa aja ga usah datang ke pesta Lika dengan alasan pura-pura sakit. Tapi masa iya gue setega itu sama sahabat gue. Ya sudahah, satu-satunya alasan adalah gue ngomong jujur sama Lika dan Audrey. Tapi gimana kalo mereka marah sama gue. Ya Tuhan serba salah banget gue :(.
Sampai disitu, Nena berhenti menulis. Disimpannya file yang ditulisnya itu kedalam dokumen dan segera mematikan laptopnya. Ga kerasa dari tadi sudah satu jam sejak kegiatan belajar selesai ia sendirian disini. Nena buru-buru meninggalkan sekolahnya yang benar-benar sepi.
Sampai di gerbang sekolah hujan turun sore itu. Nena cepat-cepat berlari, menghindari guyuran hujan. Dia ga mau pulang sekolah dalam keadaan basah kuyup. Nena berlari-lari menuju halte di dekat sekolahnya untuk berteduh. BRRUUUUKKKKK!!!! Nena terjatuh tepat diatas tanah becek. Seseorang menabraknya, Nena meringis, roknya basah semua. Ia hampir menangis ketika melihat keadaan dirinya.
“Aaaahh mau hindarin guyuran hujan, eh nih malah masuk ke becek” Nena ngomel-ngomel sendiri.
“Maaf” ucap seseorang yang menabrak Nena sambil mengulurkan tangan kananya.
Nena mendongakkan kepalanya dan terpaku menatap wajah cowo yang menabraknya itu.
“Lo ga apa-apa?” Tanya cowo itu.
Nena mengangguk, ia belum bisa berkata-kata. OMG, cowo ini cakep banget, lebih cakep dari pacarnya Audrey dan Lika. Ray juga kalah, pikir Nena
“Hey, sini gue bantuin berdiri” ucap cowo itu membuyarkan lamunan Nena.
“Eh” Nena terkejut dan menyambut uluran tangan cowo itu “terimakasih” ucap Nena.
Cowo itu memayungi Nena dan tersenyum “lo ga apa-apa?” Tanya cowo itu lagi.
Nena menggeleng.
“Baguslah”
“Terimaksih ya” ucap Nena.
“Kok lo terimakasih sama gue? Kan gue yang salah. Gue minta maaf ya”
Nena mengangguk.
“Nama lo siapa?” Tanya cowo itu.
“Gue Nena” Nena tersenyum menjawab pertanyaan cowo itu “lo?” Nena balik bertanya.
“Gue RIO!” cowo itu mengulurkan tangan kanannya kearah Nena.
Pandangan Nena mendadak buram, dan dalam hitungan detik semuanya menjadi gelap.
000