Ini cerpen baru gue teman-teman. Akhir-akhir ini gue rada susah buat cerpen, ga tau deh kenapa. Misalnya nih ya pas gue udah buat separagrafh, tuh cerpen pasti kesendat. Tapi cerpen ini berhasil juga gue kerjain. Buatnya ga lama sih, paling cuma 3 jam gitu lah haha. oh ya guys, nama toko cewe ini diambil dari nama sohib gue @triiarheia dan nama tokoh cowonya adalah nama ponakan gue yang masih berumur 1,10 bulan hehe. Okay seperti biasa, setelah selesai baca mari langsung komen ke twitter gue di @ADIKAPRA ... enjoy guys :)
HUJAN
Awan hitam berarak-arakan diatas langit menutupi matahari siang itu. Akhir-akhir ini hujan terlalu sering turun. Tria melirik jam tanganya, jarum jam menunjukkan pukul dua siang tapi berasa pukul setengah enam pagi karna hujan, suhu kota yang dingin dan langit gelap. Tria mempercepat langkahnya, sebentar lagi hujan pasti turun, padahal baru setengah jam hujan berhenti tapi langit kembali menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan segera memuntahkan titik-titik air bernama hujan. Lima langkah lagi mencapai halte, kening Tria ditetesi oleh setitik air. Gerimis, gumamnya. Tria melompat keatas lantai halte dan mengelap keningnya yang basah menggunakan telapak tangannya.
Halte sepi, hanya Tria dan seorang anak berseragam SMA seperti dirinya yang duduk dikursi halte, ia memejamkan matanya sambil menikmati musik dari iPodnya. Hujan mulai membasahi bumi, Tria berdiri dari duduknya dan mendekati pinggir halte, ia menadahkan tangannya dibawah rinai hujan yg turun dari atas atap halte.
“Heh? Lo ngapain?”
Tria tersentak, dilihatnya anak berseragam SMA itu melihat kearahnya.
“Basah tahu kalo ke pinggir sana” ujar anak itu lagi
Tria bengong.
“Bengong lagi lo!”
“Hah? Kenapa lo? Suka-suka gue donk mau basah atau ga. Baju-baju gue, diri-diri gue juga” bentak Tria.
“Yeee dibilangin ngeyel lo ya. Kalo lo mau main hujan kenapa tadi lo neduh disini?”
“Emang ini halte bokap lo? Ini tempat umum, jadi semua orang bebas mau neduh disini atau ga!”
“Dasar aneh. Sekalian aja tuh lo mandi hujan, nari-nari kayak di film India di jalanan sana biar lo ketabrak mobil mampus deh lo” umpat anak itu.
“Apaan sih lo!” Tria melotot, kesal.
Anak berseragam SMA itu berdiri lalu mendekati Tria.
“Mau apa lo?” Tanya Tria cemas.
Anak itu tersenyum sinis, lalu dengan tangan besarnya ia mendorong Tria ketengah jalan.
“Sorry, gue ga sengaja” ujar anak itu sambil tertawa senang.
Tria basah kuyup, “mau lo itu apa sih? Gue ga ganggu lo gila” Tria kesal.
Anak itu tertawa terbahak-bahak seperti orang yang berhasil mengalahkan musuhnya. Sementara di jalan sana, Tria terbatuk-batuk lalu dalam hitungan detik tubuhnya sudah tergeletak ditegah jalan, ia pingsan.
Seketika tawa anak itu reda ketika melihat tubuh mungil Tria lemah tak berdaya tergeletak di jalan, di bawah guyuran air hujan
***
“Hey, kamu sudah sadar sayang?” Tanya mama kepada Tria yang tengah terbaring di tempat tidurnya.
“Mama, ada apa?” Tanya Tria.
Mama tersenyum, “kamu ga tau kalo tadi kamu pingsan?” Tanya mama.
“Tau. Jadi tadi yang nganter Tria kesini siapa?”
“Temen kamu. Tuh dia ada dibawah, kasian loh dia basah kuyup gitu tadi pas nganterin kamu pulang”
Tria bengong, berpikir sejenak, “temen?” Tanya Tria ragu.
Mama mengangguk, “dia di bawah. Liat gih, bilang terimakasih sama dia. Kamu udah baikan kan?
Tria mengangguk. Ia lalu turun kebawah dan menemukan cowok bertubuh tinggi yang masih menggunakan seragam SMA.
“Lo?” Tria kaget, “ngapain lo disini? Jadi lo yang nganterin gue kesini? Kok bisa? Ohh jangan-jangan lo buka-buka tas gue trus utak-atik handphone gue buat cari tau alamat gue. Ya kan?” Tria memberondong anak itu dengan pertanyaannya.
“Sorry, sorry. Gue tau gue salah, gue minta maaf. Ga seharusnya gue dorong lo ketengah hujan”
“Bagus kalo lo tau!”
“Gue Dika” anak itu mengulurkan tangannya ke hadapan Tria.
Tria menatap tangan Dika lalu menepisnya “gue ga mau tau nama lo. Yang gue mau lo pergi sekarang dari rumah gue. CEPAT!”
“Okay, gue pulang sekarang. Tapi beneran gue mau minta maaf sama lo”
Tria mendorong tubuh Dika hingga ke teras rumahnya, “pergi dan jangan pernah balik lagi kesini”.
Dika lalu melangkahkan kakinya dari teras rumah Tria.
“Tunggu” cegah Tria
Dika menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Tria, ia tersenyum.
“Thanks udah nganterin gue” lalu Tria membanting pintu rumahnya.
Dika bengong.
***
Matahari mengintip malu-malu dari balik awan hitam, sehingga mendung hari ini tampak lebih terang dari kemarin. Tria melangkahkan kakinya dari gerbang sekolah, ia berhenti sebentar lalu melihat kearah jam tanganya. Hari ini ia berencana untuk pergi ke toko buku.
“Hai, Tria!” seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
Tria menoleh, “lo? Ngapain lo kesini? Kok lo bisa tau nama gue?” Tanya Tria ketus.
“Gue mau ngajak lo makan ice cream sebagai tanda permintaan maaf gue ke lo” ucap Dika.
Tria melengos, “sorry gue ada kerjaan”.
“Tapi lo maafin gue kan?” Tanya Dika.
“Ngarep lo! Lo gatau rasanya jadi gue yang kemarin lo dorong ke tengah hujan. Untung aja kemarin gue ga ketabrak mobil atau motor yang lewat. Atau memang itu mau lo kan?”
“Eh, lo tuh ya! Ngeselin banget sih lo. Gue udah minta maaf baik-baik sama lo tapi lo malah fitnah gue gini” Dika mulai kesal.
“Sewajarnya lo minta maaf sama gue dan hak gue mau maafin lo atau ga. Dasar gila!” Tria melangkah meninggalkan Dika. Tapi Dika menarik tangan Tria.
“Okay, sorry gue tadi ngebentak lo. Tapi please Ia, sekali aja lo terima ajakan gue makan ice cream, setelah itu gue ga akan temui lo lagi” pinta Dika.
Tria berpikir, “Ga!”
“God, lo tuh ya. Okay Cuma sejam doank. Sejam, kalo lewat sejam lo boleh pulang dan ninggalin gue sendiri”
Tria terdiam, sambil berpikir. Ia melirik jam tangannya, “okay, tapi gue mau cari buku dulu trus baru lo traktir gue ice cream. Deal?”
Tanpa pikir panjang Dika langsung mengiyakan ajakan Tria.
Dua jam berlalu, Tria masih saja berada di toko buku. Dika mulai kesal dengan perlakuan Tria. Tria sih ga memperbudak Dika, tapi ia malah membiarkan Dika seperti kambing congek yang nungguin dia.
“Eh cewe hujan, sampe kapan sih kita disini?” Tanya Dika gusar.
“Kita? Hello cowo gila. Gue ga ngajak lo kesini kok” jawab Tria.
“Buku yang lo cari sebenarnya udah ketemu kan? Dasar lo aja yang mau ngerjain gue biar gue lumutan trus gue pulang ninggalin lo. Iya kan?”
“Sotoy lo!”
Dika menarik Tria menuju kasir.
“Sini bukunya!” Dika merebut buku dari tangan Tria dan membayarnya. “Kita pulang” Dika menggenggam tangan Tria lalu menariknya keluar dari toko buku.
***
“Lo mau ice cream rasa apa?” Tanya Dika. Mereka udah berada di restoran ice cream favorit Dika.
“Terserah lo!” Jawab Tria ketus.
Dika geleng kepala melihat sikap Tria.
“Tria, gue minta maaf. Gue tau gue udah salah banget sama lo, lo mau marah atau ga mau lagi ketemu sama gue silahkan. Tapi setelah lo bilang kalo lo udah maafin gue. Itu aja” ucap Dika.
Tria melengos.
“Iya, kemarin gue buka-buka tas lo plus dompet lo buat cari kartu pelajar lo. Gue ga tau alamat rumah lo dan itu satu-satunya jalan biar gue tau. Tapi gue sama sekali ga buka handphone lo. Sumpah!” lanjut Dika.
Tria memandang Dika dengan tatapan tak percaya.
“Sumpah!!” ulang Dika, “nyokap lo juga udah cerita sama gue kalau daya tahan tubuh lo tuh lemah dan lo ga bisa kena hujan yang suhunya beda banget dengan suhu tubuh lo. Aneh ya, lo tuh kayak anak kecil aja yang kalau kena hujan langsung sakit”
Tria melotot.
“So? Lo mau maafin gue atau ga?” Tanya Dika.
Tria diam, “kenapa sih lo mau nganterin gue pulang kemarin? Padahal kan lo yang dorong gue ke jalan, seharusnya lo seneng donk liat gue pingsan”
“Karena gue ngerasa bersalah banget sama lo. Gue ga maksud jahat sama lo, kemarin itu gue kesel sama lo. Dibilangin orang ga ngerti sih”
“Hah?? Hahaha gila lo ya. Emang lo itu siapa gue?”
“Denger ya, sikap lo kemarin itu kayak anak kecil dan gue benci liat orang yang sikapnya kayak anak-anak”
“Dasar gila!!” Tria merengut.
“Jadi, lo maafin gue?” Tanya Dika.
“Setelah ice cream ini habis, gue maafin lo” Tria tersenyum melihat ice creamnya tiba diatas meja mereka.
***
“Pagi mama” Tria mengecup pipi mamanya yang lagi duduk menghadap meja makan.
“Pagi sayang, sarapan yuk” ajak mama.
Tria duduk di kursi makan lalu mengambil selembar roti dan mengolesinya dengan selai kacang.
“Kamu udah maafin Dika?” Tanya mama.
Tria mengurungkan niatnya memakan roti, “mama tau dari mana?” Tanya Tria heran.
“Kemarin itu Dika kesini, dia cerita semuanya sama mama. Mama sih juga kesal sama dia tapi karna dia bertanggung jawab atas perbuatannya, mama salut loh sama dia”
“Mama apaan sih? Dika kan udah salah banget sama Tria” Tria mendengus kesal.
Mama tersenyum, “tapi sekarang kalian udah baikan kan?”
“Yah begitulah!” Tria melahap rotinya tak acuh.
***
Pukul dua siang, hari ini cuaca cerah. Tria baru keluar dari pintu gerbang dan menuju halte di dekat sekolah. Ia berjalan santai, tak berapa lama kakinya sudah menginjak lantai halte, ia duduk di kursi halte sambil menunggu bis jurusan rumahnya berhenti. Halte sedang ramai siang ini, Tria mengedarkan pandangnya kesekeliling halte. Sudah dua minggu ini ia tidak menemukan sosok Dika setelah ia memaafkannya. Ah, cowo itu benar-benar menepati janjinya. Ia tidak lagi mengikuti Tria atau ke rumah Tria untuk minta maaf. Tria merindukan sosok pantang menyerah itu.
Bia berwarna hijau jurusan rumahnya berhenti, cepat-cepat Tria melompat ke dalam bis. Matanya tak lepas dari halte itu, ia benar-benar merindukan Dika.
***
Hari minggu, langit mendung. Tria mengintip keadaan di luar rumahnya dari balik kaca jendela, rencananya hari ini untuk berburu novel baru gagal sudah. Mama ga akan mungkin mengizinkannya pergi di tengah cuaca mendung seperti ini.
“Tria” mama mengagetkan Tria yang tengah melamun.
“Ya mama. Ada apa?” Tanya Tria
“Kamu mau pergi hari ini? Kenapa belum mandi?” Tanya mama
Mata Tria melebar, seakan kurang percaya dengan pendengarannya, “mama? Emang Tria boleh pergi hari ini? Kan di luar langit mendung?” Tanya Tria.
Mama mengangguk, “sama Dika kan perginya?” Tanya mama.
“Dika ma?” Tria balik bertanya.
“Iya. Tuh Dika ada dibawah, katanya udah janji sama kamu”
Tria langsung berlari keluar kamar menuju ruang tamu.
“Lo? Ngapain disini?” Tanya Tria gugup.
Dika tersenyum, ia terlihat sempurna hari ini. Celana jeans di padu dengan kaos hitam dan kemeja flannel membuatnya terlihat sempurna.
“Mau ngajak lo jalan” jawab Dika.
“Hah?” Tria bengong.
“Kok bengong. Gue udah minta izin sama nyokap lo dan dia udah ngizinin gue. Lo ga perlu takut kehujanan kok, gue bawa mobil” ujar Dika.
Tria melongokan kepalanya kearah luar, mobil CRV berwarna hitam sudah terparkir di depan teras rumahnya.
“Lo pikir gue mau jalan sama lo?” Tanya Tria gengsi.
Dika tersenyum, mulai paham dengan sikap gengsi Tria, “ga usah gengsi gitu deh, gue mau ngajak lo ke suatu tempat. Lo bakal nyesel deh kalau ga ikut gue. Lagian hari ini lo mau cari buku kan? Sekalian deh gue anterin”
“Tau darimana lo?” Tanya Tria.
“Tadi nyokap lo yang bilang, pas banget kan? Yakin lo ga mau jalan sama gue? Diluar mendung banget loh, kayaknya bentar lagi mau hujan deh. Lagian hari ini ada bazar buku murah gitu, sayang banget kalau dilewatin, bazarnya cuma sehari pula” Dika memanas-manasin Tria.
“Tunggu 15 menit lagi, gue mandi dulu” Tria langsung berlari menuju kamarnya.
Dika terbahak-bahak melihat tingkah Tria.
***
Di pinggir danau, di dalam sebuah saung bambu berukuran sedang Tria dan Dika duduk berdua memandangi rinai hujan yang turun sejak setengah jam yang lalu. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka, keduanya asyik menikmati tetes-tetes air yang turun dari langit.
“Lo bisa nyium aroma hujan ini ga? Segaaarrr banget” Tria memecah lamunan Dika.
Dika menghirum aroma disekelilingnya, “ga tuh” jawab dika.
“Setelah hujan berhenti. Lo baru bisa bener-bener ngerasain bau wangi tanah, ilalang, dan rerumputan” Tria berkata pelan.
“Lo suka banget sama hujan ya?” Tanya Dika sambil menatap Tria yang sedang tersenyum.
Tria mengangguk, “terlalu banyak kenangan yang gue alami ketika hujan. Salah satunya kemarin, pas gue pingsan gara-gara cowo gila dorong gue ketengah jalan yang lagi hujan”
Dika tertawa geli “sorry banget ya”
Tria tersenyum, “Bokap gue meninggal waktu musim hujan dua tahun yang lalu. Saat itu dia buru-buru karna ada kerjaan yang menunggunya, karna bokap nyetir dengan kecepatan tinggi dan jalanan licin gara-gara hujan turun, akhirnya boka kecelakaan” ujar Tria, “Lo tau ga, kalau hujan itu memiliki kemampuan untuk menghipnotis manusia untuk meresonansikan ingatan masa lalu. Dan di dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh orang yg rindu”
Dika mendengarkan cerita Tria tanpa mengalihkan tatapanya pada wajah Tria.
“Setiap hujan turun, gue selalu ingat bokap gue. Gue kangen banget sama bokap. Karna gue ga bisa kena hujan, jadi waktu kecil, bokap selalu ngajak gue ke balkon buat liat hujan yang turun dam merasakan aroma khas hujan yang nenangin. Gue selalu rindu saat-saat itu” Lanjut Tria.
“Berarti, kemarin itu gue udah jahat banget ya sama lo” ujar Dika.
Tria tersenyum. “lo kan ga tau”
“Sekarang lo ga usah gengsi-gengsian gitu ya sama gue. Kan sekarang kita teman” Ujar Dika
“Teman? Emang gue mau jadi teman lo?” Tria tersenyum mempermainkan Dika.
“Yah, kalau lo ga mau. Gue tinggal lempar lo ke danau itu trus lo keujanan, kelelep, pingsan trus mati. Ngambang deh hahaha” Dika tertawa melihat wajah jutek Tria.
“Iya deh gue mau jadi temen lo” Tria pura pura marah.
“Sekarang kita teman!” Dika mengulurkan kelingking kananya menghadap Tria.
“Teman” Tria mengangguk sambil mengaitkan kelingking kanannya ke kelingking Dika.
Kedua lalu tertawa berderai-derai di bawah rinai hujan yang menghiasi awal pertemanan mereka.
***
LOVE U ALL mmmuuuaahhh