Pages

Rabu, 23 Juni 2010

Bercerita Tentang "Hujan-hujan Mungil"

Sebelumnya aku pernah baca cerpen di sebuah majalah dengan judul yg sama, yaitu "Hujan-hujan Mungil". Ga tau knpa, aku tertarik dengan judul cerpen ini tapi ga dengan isinya. Isinya sederhana loh..cuna tentang kekhawatiran seorang anak terhadapa ayahnya. Cerpen itu sekitar dua tahun yang lalu aku baca, tapi judulnya begitu berkesan buat aku. Aku selalu membayangkan hujan-hujan mungil atau biasanya kita sebut gerimis begitu indah. Aku selalu ingat waktu aku kecil, sekitar umur empat tahun, ibu selalu bilang. "Jangan mandi hujan, ntar sakit". Dan emang bener, aku selau saja sakit detiap habis kena hujan. Apalagi gerimis, kepala aku selalu berdenyut-denyut. Alhasil, aku dan saudara kembarku hanya bisa memandangi hujan-hujan mungil dari dalam rumah. Waktu hujan 14 tahun yg lalu, aku dan eka (saudara kembarku) selalu menarik kursi plastik kecil, punya aku warna hijau, eka biru ke depan terali pintu rumah dan memandangi hujan-huajn mungil ataupun hujan-hujan gede dari balik terali pintu sambil bernyanyi "Tik tik tik, bunyi hujan diatas genting ....." dan kita sangat terhibur. Indah sekali rasanya mengingat hal itu. Atau lebih tepatnya kocak. Hahaha :D

Beberapa minggu sebelum aku membuat cerpen itu, aku sempat diem-dieman sama eka gara-gara eka ga bales sms aku. Aku sebel, apalagi eka terlalu dekat dengan pacaranya sampe aku dilupain. Aku paling ga mau jadi orang nomor dua dihati eka. Aku cemburu. Buat aku, eka adalah jantung, hati, jiwa, ruh, nadi, nafas bahkan hidup aku. Waktu SMP kelas dua, aku pernah menggemparkan satu sekolah gara-gara berkelahi dengan sahabat eka yang juga sahabat aku sekaligus sepupu kita gara-gara dia terlalu dekat dengan eka dan aku dilupain oleh eka. Selama diem-dieman itu aku berfikir, ga mungkin aku lama-lama kayak gini. Aku membayangkan sepasang anak kembar yang diem-dieman bertahun-tahun lalu baikan dalam hujan-hujan mungil. Akhirnya jadilah cerpen aku dengan judul "Hujan-hujan Mungil" tapi versi aku banget. Bukan versi cerpen yang aku baca. Saat buat cerpen itu, aku senyum-senyum sendiri, pas endingnya aku malah nangis, aku ngebayangin seandainya aku jadi Della atau Delia yang memendam rindu terhadapa kembaran kita. Dan setelah aku post di blog. Temen-temen aku yang baca memberi respon yang positif.. Aku puas dan aku semakin mencintai "Hujan-hujan Mungil"

With Love

Tidak ada komentar: