Pages

Selasa, 01 Juni 2010

New Cerpen

Okeh thanks buat temen-temen yang udah baca cerpen gue yang pertama..dan sekarang ini adalah cerpen gue yg kedua..Stay read kawan


ATIK


Chika menggeliat manja diatas tempat tidurnya, matanya tertuju pada kalender yang tergantung di dinding kamarnya. Sudah tanggal tujuh. Artinya satu minggi lagi Chika ulang tahun. Ini saatnya Chika membujuk papa untuk membelikan kamera impiannya dan merayakan ulang tahunnya di hotel bintang lima di kotanya. Ah, apa mungkin berhasil,gumam Chika mulai ragu. Tapi mana mungkin papa ga menurutin maunya,papa kan sangat menyayangi Chika. Apalagi ini ulang tahung yang ke tujuh belas, harus istimewa dong!.
Chika menggeliat lagi di atas kasurnya sebelum benar-benar bangun dari tempat tidurnya. Matanya langsung silau menatap keluar jendela. Sinar matahari sudah menerobos masuk melalui jendela kamarnya yang sudah terbuka lebar. Pasti si mbok yang buka jendela itu, ini kan kebiasaan si mbok. Lagian ini kan hari minggu, Chika mengeluh dala hati.
“Hooaaamm” Chika menguap lebar.
Matanya tertuju pada segelas susu dan semangkuk sereal di atas meja disamping temapt tidurnya. Chika tersenyum, ini yang ia suka dari si mbok, selalu menyediakan apapun yang ia inginkan.
Sebuah ketukan halus memaksa Chika beranjak dari tempat tidurnya. Pasti bukan mbok, apalagi mama yang mengetuk pintu dengan cara begini, gumamnya. Chika hafal betul bagaiman mbok dan mama.
“Pagi non!” sebentuk kepala kecil nongol di ambang pintu.
“Pagi juga” sahut Chika ragu. Dengan keheranan ia menatap gadis kecil di depannya.
Gadis kecil itu tersenyum malu dan matanya yang resmi menatap ami ramah.
“Kamu siapa?” Tanya Chika ramah, entah kenapa ia langsung menyukai anak ini.
“Saya Atik non. Anu…. Saya cucunya si mbok” Gadis kecil itu berkata dengan halus.
“Kapan kamu datang tik?” Chika tersenyum
“Tadi pagi”
Tadi pagi?, Chika keheranan. Baginya pukul delapan ini masih pagi. Jadi, jam berapa ia datang dri rumahnya?
“Jam berapa kamu dari rumah?”
“Jam enam non” sahut Atik kalem.
Gila, jam enam? Gue lagi enak-enaknya tidur, Chika meringis dalam hati.
Ada apa menyusul si mbok? Mau di ajak pulang ya?” Tanya Chika
“Ga non, saya Cuma mau bantuin mbok”
“Loh, kamu ga sekolah?”
“Sudah libur non. Saya baru kemarin dapat rapor”
“Kelas berapa kamu?”
“Kelas lima non. Maaf non, non dipanggil ibu”
Hampir lupa, dari tadi ia asyik ngobrol sama Atik.
“Oh, ntar saya turun. Kamu duluan saja” pinta Chika
Atik mengangguk. Dan berbalik hendak meninggalkan kamar Chika.
“Eh, Atik tunggu! “ Atik menghentikan langkahnya “lain kali ga usah panggil non ya, panggil kakak aja” pinta Chika.
Atik mengangguk sambil tersenyum malu.
000
Kemarin Karin dan Rina menelepon Chika. Mereka menanyakan rencana ulang tahun Chika tanggal empat belas nanti. Memang tinggal enam hari lagi. Tapi rasanya Chika tidak bersemangat lagi dengan rencana ulang tahunnya ini. Juga soal kamera yang jadi tuntutan utamanya pada papa. Ada yang menganjal fikirannya.
Sudah seminggu Atik dirumah. Serlama itu pula Chika mendapat hal-hal baru dari Atik yang tak pernah terfikirkan sebelumnya.
Atik kecil yang lugu begitu terampil mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan si mbok. Gadis kecil manis itu akrab dengan bumbu dan alat-alat dapur. Chika juga pernah melihat tangan kecil Atik sibuk menggosok-gosok sepeda Atik.
“Sayang kak kalau ga dibersihkan” sahutnya lugu saat Chika melarangnya.
Dan Chika jadi malu. Padahal, sepeda itu merupakan benda kesayangan Chika waktu SMP, tapi kini teronggok begitu saja di garasi rumah Chika seperti barang rongsokan.
Herannya lagi, Chika suka dengan kehadiran Atik disini. Secara tidak langsung, Atik mengajarinya segalanya. DAN ITU MEMBUAT Chika malu pada dirinya sendiri.
Bermula siang kemarin saat Chika dan Atik nonton TV berdua di ruang tengah. Saat itu salah satu channel TV sedang menayangkan iklan pizza. Chika melihat Atik tampak antusias memperhatikan iklan itu. Matanya tak sedikit pun berkedip. Lalu kemudian ia menatap Chika.
“Kak, pizza itu apa rasanya? Enak ya?” tanyanya dengan wajah polos.
Chika tersenyum. “ kamu ga pernah makan pizza ya?”
Atik menggeleng.
000
“Hah! Serius lo?” serbu Karin dan Rina meyakinkan.
“Memangnya gue kayak orang ga meyakinkan” jawab Chika santai
“Aduh Chika, lo tuh Aneh deh. Padahal lo sendiri yang heboh. Lagian inu tuh sweet seventeen lo” ucap Karin penuh keharanan
“Udah deh ga usah lebay gitu. Lagi pula ini kan pesta gue. Terserah gue dong mau ngadain pesta dimana. Dan gue mau ngerayain di toko pizza. Orang tua gue juga udah setuju. Sekarang, yang mau ikut, yang ga mau ya sudah” Chika menyambar tasnya dan bersiap meninggalkan sahabatnya itu.
“Eh, tunggu! Katanya mau ngebakso dulu” teriak Rina sebelum Chika meninggalkan kelas.
“Lain kali deh. Gue kepengen cepet-cepet sampe rumah” Chika balas teriak smbil menghentikan langkahnya.
Kemarin Chika membuat keputusan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas di toko pizza. Hal itu membuat papa dan mamanya terheran-heran. Bagaimana mungkin Chika yang manja mau merayakan ulang tahun specialnya di sebuah toko pizza. Sejak Atik menanyakan apa rasa pizza kepadanya, hatinya tergerak untuk merayakan ulang tahunnya di toko pizza sambil memberi surprise kecil kepada Atik.
Chika senyum-senyum sendiri membayangkan wajah Atik yang lugu menerima kejutan kecil dari Chika. Chika banyak belajar dari Atik, karena Atik, Chika lebih menghargai sesuatu apapun. Karena Atik, ia tidak lagi menjadi anak yang manja, sewajarnya Chika memberi kejutan kepada Atik.
Sekali lagi Chika membayangkan mata jerniah Atik yang bersinar hangat dan senyum lugunya yang menyapa ramah.
Terimakasih Tuhan, sudah mengrim Atik untukku, gumam Chika dalam hati.




MySpace

Tidak ada komentar: