Let's read and enjoy guys..seperti biasa jangan lupa komen di manapun,,twitter gw boleh kok @ADIKAPRA
CINTA Part III
Kayla masih mengenakan piyamanya ketika mama membangunkannya dan memberi tahu kalau Gio mengunjunginya. Kayla mengucek-ngucek matanya, menghilangkan sisa-sisa kantuk yang masih menempel di matanya. Tiba-tiba kantuknya hilang ketika matanya benar-benar menangkap tubuh Gio tengah tersenyum kepadanya.
“Gio?” nada suara Kayla terdengar seperti tidak percaya “kamu? Ngapain pagi-pagi kesini?” Kayla mendekati Gio.
Gio membelai rambut Kayla “maaf mengganggumu pagi-pagi Kay… Maaf juga atas sikapku kemarin”
Kayla tersenyum “Aku sudah maafin kamu”
Gio membalas senyum Kayla.
“Aku, mau mengajakmu pergi Kay. Kamu mau?”
Kayla seperti tak percaya dengan apa yang didengarnya. Gio mengajaknya pergi.
“Kamu? Kamu ga sibuk hari ini?” Kayla menanyakan Gio, lebih tepatnya meyakinkan dirinya sendiri.
Gio menggeleng, “ini sebagai permintaan maaf aku sama kamu”
Tubuh Kayla melemah.
“Gi, kalau ga begini apa kamu masih akan tetap meluangkan waktumu untuk aku?”
Mata Gio menatap wajah Kayla.
“Kay..!!”
“Maaf, aku ga bermaksud membuat kamu marah. Aku ga ingin mengacaukan segalanya. Dan aku ga ingin kamu berubah pikiran” Kayla memotong ucapan Gio.
Gio memeluk Kayla. Ada rasa bersalah di hatinya terhadap Kayla. Kamu ga pernah salah Kay, aku lah yang salah sama kamu, batin Gio.
Di sebuah aula, yang dindingnya berhiaskan beratus-ratus lukisan mahal, di situlah Gio dan Kayla berada. Bagi Kayla, tempat ini adalah surga. Ia begitu mengagumi karya yang diciptakan oleh kuas itu. Matanya berbinar, hari ini penuh dengan kejutan untukknya.
“Gi, kamu ngajak aku kesini? Kamu…” Kayla menatap Gio penuh kekaguman. Tatapan yang sama saat Gio menembaknya dulu, “biasanya kamu paling ga suka tempat seperti ini” Kayla meanjutkan ucapannya.
Gio hanya tersenyum. Sebenarnya tempat ini membosankan baginya, bahkan sangat membosankan.
“Kay, kamu boleh membeli lukisan yang kamu suka” ujar Gio.
Ini sebuah kejutan lagi. Dan lagi-lagi ia ga percaya dengan pendengarannya.
“Ga ah. Ini lukisan mahal. Berjuta-juta harganya. Aku ga mau”
“Ga apa-apa Kay” suara Gio terdengar setengah memaksa.
Kayla tahu ada kesungguhan yang terkandung di suara itu.
“Aku lihat-lihat dulu Gi” Kayla tersenyum untuk menetralkan suasana.
Satu, dua, tiga, hampir tiga jam Gio dan Kayla berada di pameran lukisan terkenal itu. Tapi belum satu pun Kayla menemukan lukisan yang ia suka. Ia capek berkeliling-keliling. Dilihatnya Gio yang setengah mengantuk.
“Gi, kita pulang aja kalau kamu ngantuk” ajak Kayla.
“Ga apa-apa Kay. Aku masih mau nemenin kamu hari ini”
Kayla tersenyum. Lalu pandangannya tertuju pada satu lukisan bergambar anak lelaki bertopi fedora memandang menara Eiffel dari luar pagar. Kayla menyukai lukisan itu. Gio mengikuti pandangan mata Kayla.
“Kamu suka lukisan itu Kay?” Tanya Gio.
Kayla menatap Gio. Ia mengangguk. Lalu keduanya mendekati lukisan itu.
“Bagus ya” Kayla berbisik kepada Gio.
Gio tersenyum, “kamu suka Kay?” Tanya Gio “aku akan beliin buat kamu. Kamu tunggu disini ya” Gio berlalu meninggalkan Kayla yang masih terpaku menatap lukisan itu.
Kayla merapa lukisan itu, merasakan halusnya cat yang menyatu dengan kanvas. Matanya menangkap inisial NK, pelukisnya. Kayla menyukai lukisan itu, bahkan sangat menyukai. Lukisan itu begitu berkesan, anak kecil berjubah abu-abu gelap dengan topi fedora di kepalanya sedang memandang menara yg menjadi ikon global Prancis itu, seakan-akan ia mengagumi menara besi yang berada di tepi Sungai Seine itu. Kayla dikagetkan oleh tepukan dibahunya. Gio tersenyum ketika Kayla menoleh kebelakang.
“Ayo pulang” ajak Gio.
“Pulang? Kamu, darimana tadi?”
Gio tersenyum “astaga Kayla, kamu ga sadar kalau tadi aku pergi”
Kayla menggeleng heran, benar-benar tidak tahu.
“Kita cari makan yuk, aku lapar” Gio mengusap-usap perutnya.
Kayla mengangguk sambil mengikuti langkah Gio yang besar-besar. Kayla selalu kesulitan mengimbangi langkah Gio, Gio selalu berjalan seperti di kejar waktu, kadang Kayla mengeluh tapi karna sudah terbiasa, mau ga mau ia pasrah saja, asal masih kelihatan tubuh Gio di hadapannya, ia ga perlu merasa khawatir. Ketika hampir mendekati pintu keluar, tubuh Kayla menabrak seseorang. Refleks Kayla langsung meringis dan mengusap-usap pundak kanannya yang sakit.
“Maaf!” ucap seseorang yang menabraknya.
“Oh iya ga apa-apa” Kayla masih mengusap-usap pundak kanannya.
“Kayla!!” orang yang menabrak Kayla itu memanggil Kayla.
Kayla mendongakkan kepala, keheranan.
“Hai, kamu lupa sama saya?”
Kayla tersenyum kikuk “maaf, saya lupa”
“Ga apa-apa. Saya Kevin, sepupu Mellani”
Mata Kayla berbinar, ia berhasil mengingat lelaki yang menabraknya itu.
“Iya aku ingat. Kevin, kita ketemu di rumah Mellani kan ?”
Kevin tersenyum.
“Kay, ada apa?” Gio mengagetkan Kayla lagi
“Eh, itu. Ga apa-apa kok Gi. Eh kenalin, ini sepupu Mellani”
Kevin menggangsurkan tangannya ke arah Gio, “Hai, Kevin”
Gio menyambut uluran tangan Kevin, “Gio”
“Oke, Kayla-Gio saya duluan ya. Ada kerjaan menunggu saya”
“Oh, oke. Sampai ketemu lagi” ucap Kayla.
Ketinganya pun berjalan kearah yang berlawanan.
000
“Apa ini Gi?” Tanya Kayla ketika sampai dirumah ia menemukan papan ukuran 60 x 80 yang dibungkus dengan sampul berwarna coklat berada di ruang tamu rumahnya.
“Ga tau, tanya mama kamu deh” saran Gio.
Tanpa pikir panjang,Kayla langsung memanggil mamanya, “Mamaaaa!!!” hening. “Maaa!!”
“Kenapa Kay?” tanya mama Kayla yang langsung keluar dari kamar.
“Ini apa? Punya siapa?” Kayla menunjuk papan yang dilihatnya tadi.
“Oh itu, tadi ada yang nganter ini kemari. Katanya buat kamu, ga tahu deh dari siapa?” ucap mama Kayla.
“Dari siapa sih?” Kayla penasaran.
“Buka aja Kay” saran mama.
Kayla menatap mamanya dan Gio satu persatu. Gio mengangguk, tanda menyetujui saran mama Kayla. Perlahan tapi pasti, Kayla membuka sampul berwarna coklat itu. Setelah semuanya terbuka, Kayla terkejut saking senangnya dan menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia menatap Gio.
“Gi!!” nada suara Kayla bergetar.
Gio tersenyum puas.
“Ini, ini pasti dari kamu kan ? Gi, makasih ya sayang” Kayla memeluk Gio.
Lukisan menara Eiffel diberikan Gio kepada Kayla. Lukisan yang siang tadi di perhatikan Kayla.
“Sama-sama Kay, aku cuma bisa kasi ini buat kamu”
“Cuma? Gi, ini lebih dari cuma. Tapi, ini terlalu mahal Gi. Aku bisa menabung buat beli lukisan ini.
“Iya Kay, aku percaya kamu pasti bisa beli lukisan ini. Tapi itu tadi acara pameran, lukisan ini bisa dengan cepat diambil orang, kalau nungguin tabungan kamu cukup pasti bakal lama”
Mata Kayla berkaca-kaca, “Thanks Gi. I love you” Kayla berbisik pelan.
“Iya Kay” jawab Gio.
Sepuluh menit berlalu sejak Gio meninggalkan rumah Kayla. Ia masih mengendarai mobilnya pelan, kajadian dari pagi tadi hingga sepuluh menit yang lalu berputar berkali-kali di kepala Gio seperti kaset rusak. Gio mengambil ponselnya dan menekan nomor yang sudah dihafalnya diluar kepala.
“Aku udah ngelakuin semua yang kamu mau” ucap Gio lalu memutuskan sambungan telpon.
Seseorang yang menerima telpon itu terdiam, tak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh lelaki yang menelponya malam itu. Ngelakuin apa?, pikirnya bingung.
“Siapa yang telpon Kev?” tanya Mellanie yang baru muncul dari dapur sambil membawa dua gelas jus melon.
Kevin mengangkat bahunya tak acuh, “ga tahu, salah sambung kali”.
Mellanie mengernyitkan dahi lalu mengambil gelasnya dan melupakan perkataan Kevin tadi.
000
Kayla terpaku diruang tamu rumah Mellani, sudah dari setengah jam yang lalu Kayla berada disana. Iya pengen bertemu Mellani, pengen menceritakan kejadian yang dialaminya bersama Gio kemarin.
“Mellani kemana sih Kev?” tanya Kayla gusar.
“Saya juga kurang tahu, Mellani pergi daritadi pagi. Saya belum bangun tadi” Kevin berkata jujur.
Kayla senyum-senyum sendiri mendengar Kevin bicara.
“Kenapa Kay?” tanya Kevin heran, merasa serba salah.
“Eh, ga apa-apa kok. Aku cuma lucu aja denger kamu ngomong”
Kevin keheranan, “saya? Kenapa? Aneh?”
“Hihihi. Kev, kita ngomong ga usah pake saya-kamu ya? Kesannya terlalu resmi”
“Eh, iya” muka Kevin merah.
“Kita manggilnya lo-gue aja biar lebih akrab. Yah gue tahu sih kalau lo udah lama ninggalin Indonesia dan baru balik sekarang. Jadi lo rada kaku gini kalau ngomong. Jadi, mulai sekarang biasain aja”
Kevin tersenyum, hatinya mulai tenang sekarang. Lalu ia pun mengangguk setuju.
Tak berapa lama ponsel Kevin berbunyi, seketika Kevin menjauh dari Kayla untuk menerima telpon. Kayla tidak dapat mendengar percakapan Kevin di telpon. Tak lama berselang, Kevin kembali ke ruang tamu.
“Kay, lo masih mau nungguin Mellani?” tanya Kevin ragu.
“Kenapa Kev? Lo ada kerjaan?”
“Eh ga kok. Gue Cuma kasian aja liat lo udah lama nungguin Mellani tapi ga muncul-muncul”
“Ga apa-apa kok, gue udah ‘biasa’ nunggu” Kayla menekankan kata biasa kepada Kevin.
Kevin menatap Kayla “udah biasa nungguin cowo lo?” tanya Kevin kelepasan.
Kayla terdiam.
“Maaf Kay, gue ga maksud….”
“Ga apa-apa kok Gi, ya sudahlah mending gue pulang aja kali ya daripada gue nungguin Kayla yang ga muncul-muncul” Kayla berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.
“Tunggu Kay!” Kevin menahan tangan Kayla. Sesaat keduanya terdiam. “Gue laper, lo mau temenin gue cari makan?” Kevin memasang tampang memelas.
Kayla tersenyum, “oke, tapi lo yang traktir” ucap Kayla menyetujui ajakan Kevin.
“Siap!!!” Keduanya pun lalu tertawa.
000
Bersambung.... (Tungguin ya :D)